WHEN
GHOST COME
Sekedar mengenal
satu hal, dua hal atau ribuan hal yang tak pasti ujungnya. Mungkin bisa
menangis, atau mungkin bisa mati di antara padang rumput yang kejam. Entah,
mengapa semuanya terlalu histeris untuk terpikirkan, semuanya terlalu dalam
untuk di angankan, dan semuanya terlalu banyak untuk di ciptakan.
Berjalan
menelusuri hantaman orang yang mungkin tak akan bisa hidup, mungkin pula kita
akan benar-benar mati saat kita tak akan bisa berpegangan. Saat kita berada di
persimpangan hidup, akankah kita akan terus bertanya. Mengapa kita bisa seperti
ini? Kenapa kita harus berada disini dengan hidup yang tak berpihak dengan
kita?.
Mungkin aku bisa
melihat, tapi tak sedikit orang memandangku...
Aku bisa
mendengar, tapi tak sedikitpun orang mendengarku...
Seberapa penting hidup
untuk kehidupan?
Seberapa hebat kematian
mampu membuat semua terdiam?
Dan seberapa
banyak tipu daya yang benar-benar tak di
harapkan?
Apa semua itu
hanya imajinasi?
Semuanya hanya
omong kosong?
Tapi kenapa aku
menjumpainya?
Menghela nafas
pelan-pelan saat aku mendengar dan melihatnya, entah bagaimana rasanya jika
semua itu terjadi padaku. Mungkinkah aku benar-benar mati dan tak berkutik
sekalipun?
***
Hanya memandang
langit sore hari, meski tak selamanya seperti ini, tapi seenggaknya aku mampu
berdiri dan masih bisa tersenyum diantara orang-orang yang entah benar-benar
menyayangiku, atau orang yang hanya bersandiwara di depanku. Menjalani hidup
sama halnya dengan menjalani lorong waktu yang entah kapan berakhirnya.
Sosok pemuda berilmu masuk
berlahan-lahan dalam satu ruangan, entah apa yang dia jelaskan, apa mereka
benar-benar ingin membaginya, atau mungkin hanya sekedar hadir dan bersilah
duduk diantara puluhan pasang mata yang mengarah ke arah pemuda tersebut. Duduk
dan terus duduk hingga suara bunyi aneh akan berdering keras diantara puluhan
ruangan yang berdiri kokoh di tanah ini. Memikirkan hal yang sama sekali tak
masuk akal dan terus-menerus terbayangkan. Aku bisa melamun, entah apa yang aku
lamunkan, entah bagaimana aku bisa melamunkan hal konyol itu. dan aku
berhalusinasi, namun mengapa semuanya tentang kepastian hidup seseorang, antara
mati dan hidup seseorang. Aku benar-benar bosan dengan hal itu, kenapa semunya
benar-benar terjadi dengan hanya halusinasi konyolku. Kenapa aku bisa merasakan
hal itu? kenapa aku bisa mendengarkan hal itu? aku benar-benar muak dengan
keadaanku saat ini. Mungkinkah aku bisa menghilangkannya dengan hanya sedetik
jari?. Benar-benar aneh untuk terus memikirkannya.
Sepanjang koridor yang penuh tumpukan
daun-daun keringpun saling menyapa langkahku yang terus-menerus berjalan dengan
hangatnya. Tak banyak dari ruangan yang tertata rapi di halaman ini adalah
ruangan kelas sekolah yang hampir rapuh temboknya. Usia 42 tahun memang tak
muda lagi untuk sekolah ini, suasana halaman yang tak terurus, kamar mandi yang
hari demi hari berlumutan, dan rerindang pepohanan yang semakin tumbang dan tak
berarti hidupnya. Suara sunyi berlahan-lahan mendekat dan terus mendekat hingga
semuanya terasa aneh dan tak masuk akal. Sekolah ini berdiri dengan satu orang
penjaga yang tinggal dan berdiam diri di
antara keanehan yang sangat tak akan di mengerti semua orang. Semua orang pasti
menganggap semua ini hanya omong kosong dan tak akan ada artinya lagi.
Memikirkan hal yang tak masuk akal memang sangat menyebalkan dan tak akan ingin
sedikitpun mengetahuinya. Aku benci dengan keanehan, dan terkadang aku benci
dengan diriku sendiri, kenapa hanya aku yang bisa merasakan kedatangannya, saat
aku benar-benar tak mengharap kedatangannya. Bangunan yang berdiri kokoh dan
sedikit rapuh ini terkadang merubah suasana saat kenyataan tak bersuara
kembali. Hujan dan suasana semakin tak bersahabat, air yang terus menerus jatuh
dari dasar, dan petir yang semakin menghantam beberapa kerdil jarum yang tak
ada ujungnyapun mulai tak bersimpati kembali. Matakupun seketika mengarah
kesalah satu ruangan yang tak ada sedikitpun jalanan yang meneranginya, kembali
berhalusinasi dan kembali beranganan tentang kehidupan yang sangat melelahkan.
Kenapa kita harus terdiam saat kita tau bahwa seharusnya mereka yang terdiam
saat melihat dan mendengar kita berada di sekitarnya. Merasakan hal yang sama
dengan hari sebelumnya dan mendengar mereka yang entah bagaimana wujud asli
mereka. Aku mendengar, tapi apa mereka bisa mendengarku? Kenyataan ini
benar-benar tak masuk akal.
“krakkk” suara
pergeseran kayu rapuh pun mulai melihat kedatanganku dan terus menerus
mendengarku. Aku bisa gila dengan semua ini!!. Kenapa aku harus takut dengan
semua ini? Apa mereka akan membunuhku jika aku takut? Aku hanya tertunduk dan
terus menerus mengayunkan kedua kakiku yang agak pucat dan semakin dingin. Tak
ada sedikitpun cahaya yang akan menyapaku, tak satupun dan tak akan ada. Aku
bergegas merauk ponselku dari saku depan dan berlahan mengambilnya. Aku butuh
cahaya dan aku bersikeras menghidupkan ponselku dari genggamanku, entah apa
yang terjadi, di luar kenyataan dan aneh bila di rasakan. Tak hidup? Kenapa
bisa terjadi?
‘hhhhssssshhh’
suara itu benar-benar menghantamku, dan terus menerus menyapa kehadiranku. Apa
mereka terganggu dengan kehadiranku di sini? Aku terus berjalan dan merabah
beberapa barang yang berdebu dan tak layak pakai. Tak jauh dari langkah awalku,
aku menelusurinya dan terus bersikeras untuk mendapatkan sesuatu yang aku
inginkan. Entah bagaimana bisa terjadi, kaca yang benar-benar berada di atasku
bisa jatuh seketika dan aku sama sekali tak tau dari mana hal konyol itu bisa
terjadi. Aku menjerit karna refleks, aku benar-benar merasa sendiri dan tak ada
seorangpun yang akan menghampiriku. Lorong panjang dan mencekam, tak banyak
dari ruangan ini bisa di lihat, “YOU WILL DIE” benar-benar sesak saat aku melihat
dengan mata yang semakin membesar tulisan aneh di antara tirai kaca yang akan
pecah. “Aaaaaaaaaaaaaa” jeritanku semakin panjang dan terasa sakit saat
mengucapkan. Dia akan benar-benar mendatangiku. Apa ini kenyataan? Aku
benar-benar melihatnya, duduk bersilah di bangku yang hampir keropos dan mulai
menghilang kembali. Aku benar-benar takut dan aku bingung harus bagaimana?
Hujan yang terus menerus berdesah kencang, yang tak ingin sedikitpun menghilang
menjadi sebuah jeritan saat aku ingin mereka hilang di hadapanku. Aku muak
dengan semua ini!. Sesedikit aku kembali ke langkah awalku dan berbalik
badan, terasa terkejut saat makhluk aneh
bepostur tak nyata langsung menghampiriku dan saling bertatap arah ke wajahku
dan seketika itupun aku tak sadarkan diri. Beberapa jam berlalu tiba-tiba aku
bangun dan mulai membuka kedua mataku yang sebenarnya sulit untuk di buka.
Sadar ataupun tidak seketika aku sudah sampai di ruang kesehatan sekolah yang
nyaman tapi sesekali tak nyaman jika harus lemah dengan keadaan seperti ini.
“Ve, kamu gila
apa?” ‘Carisa’ teman satu bangkuku yang mulai bersikeras bertanya tentang hal
kekonyolanku, aku terdiam dan terus terdiam tanpa menjawab satupun pertanyaan
yang sama sekali tak akan kuharapkan.
“kamu benar-benar
gila ve, kamu datang ke tempat serem kayak gitu dan sendiri?”
“siapa yang
nolong aku sa?”
“kamu gak tau?”
“Siapa sa?”
“Pak Barto,
penjaga sekolah satu-satunya di sekolah ini”
Ooohhh mengela
nafas dan tak mengerti kenapa semua ini bisa terjadi.
“mana pak barto?”
“masih disana
katanya”
“ngapain?”
“mana aku tau,
lagian apa enaknya sih jalan sendirian ke tempat kayak gitu, apa kamu belaga
lupa apa sama sekali gak inget sih ve? Kak Renata pernah mati di tempat itu
cuman karna dia penasaran dengan tempat aneh kayak gitu, apa kamu gak inget sih
ve?”
“aku inget car,
makanya aku pengen banget ke tempat itu, aku capek dan aku muak dengan semua
ini, aku pengen semuanya itu berhenti. aku gak pengen ada yang kesurupan, aku
gak pengen ada kejadian mati sia-sia kayak kak Renata, aku benar-benar capek
car!”
“iya aku ngerti
ve, tapi kamu gak harus datang ke tempat kayak gitu ve, kamu bisa mati! Untung
pak barto denger suara teriakanmu”
“aku teriak?”
aneh bener-bener aneh, aku sendiri lupa dengan kejadian nyata yang penuh
kemuakan.
“kamu sama sekali
gak tau?”
Berusaha berdiri
tapi cewek gila ini bener-bener ngelarang aku untuk keluar dari situasiku
sekarang
“hey, mau kemana
lagi kamu ve? Mau kembali kesana lagi?”
“kamu gak pernah
tau kalo’ kamu gak pernah nyelidikin apa masalahnya car”
Berusaha mungkin
untuk bangun dan menahan carisa melarang, adalah salah satu caraku untuk
melawan cewek gila ini. Bergegas mungkin untuk pergi dan mencari salah satu
titik dimana itu harus aku cari dan aku lalui. Tak sampai beberapa ruang
sebelum dari ruang aneh itu ‘Dion’ cowok tegap yang menghentikan langkahku dan
seketika aku menghentikan langkahku.
“Ve, kamu mau ke
ruangan itu lagi?” mengangguk dan berusaha mungkin untuk meyakinkan Dion untuk
tetap mendukung kemauanku.
“maaf ve, kamu
gak boleh dateng ke ruang itu lagi?”
“kamu gila?” gak
pikir banyak waktu untuk mempertegas keinginanku, berusaha mungkin aku terobos
arah jalanku yang sempat terhalangi Dion, tapi beberapa caraku untuk melawannya
bener-benar dapet hasil nihil.
“kamu yang gila
ve, kamu bener-bener gak nyesel setelah pingsan beberapa jam yang lalu”
“nyesel? Kenapa
mesti nyesel? Kenapa sih semua orang ngelarang? Semua orang terlalu pecundang,
kamu juga di” aku mempertegas penjelasanku
“sorry ve, aku
emang pecundang, tapi kamu gak mikirin diri kamu sendiri apa? Kamu pingsan dan
kamu pengen kesana lagi, kamu bener-bener gila”
“okeh aku gila,
puas? Aku cuman cari pak barto di, emang salah apa?”
“pak barto
barusan keluar”
“kemana?”
“kemana?”
“mana aku tau, pak
Barto barusan aja keluar ve”
Berbalik badan
dan melanjutkan langkah kecilku dan terus berjalan di antara kepasrahan hidup,
jalanku semakin padat dan terus berirama. Kurang lebih 7 menit dari arah dion,
aku bener-bener bergegas untuk sesegera
mungkin ke arah pak barto sebagai penjelasan mengapa aku seperti ini, dan
bagaimana mestinya kehidupanku mengarah ke salah satu hidup orang lain yang sama
sekali tak pernah ku inginkan.
Rumah mungil dan
sedikit terurus, meski hanya beberapa perabotan kusam yang tak berarti tertata
rapi dan tak berarti.
“vera!” seketika
pak barto mengucap satu kata dan mengarah ke arahku dan sesegera mungkin aku menghampiri
sebagai akhir langkahku yang terpecahkan.
“pak barto yang
nolongin aku?” ucap singkat kata yang menurutku itu penting.
“kamu ngapain
disana vera? Bapak tadi itu sempat takut kalau vera tidak bangun lagi, dada
bapak rasanya sakit sekali nak!” raut muka pak barto serasa memecahkan suasana
yang semakin tegang dan membuat otak makin lama makin tak terkendali.
“maaf pak, tapi
apa boleh saya mengetahui sedikit tentang ruangan yang disana pak?” terheran,
terheran dan terheran, capciscus aku menanyakan hal penting itu..
“maaf nak,
bapak gak berani bilang” sambil menunduk
dan seakan tak ingin di ketahui semua orang..
“plis pak plis,
saya butuh sekali jawaban itu pak” duduk dan sesekali tanganku manarik tangan
pak barto sambil memohon dengan rasa daya pikiran yang semakin ingin tau.
“lho vera, emang
kamu gak masuk kelas?”
“maaf pak, saya
butuh sekali jawaban bapak, gak bisa di tunda-tunda lagi pak, saya capek,
rasanya aneh semua pak” gak tau kenapa
rasanya emang beneran aneh
“memangnya apa
yang kamu rasakan nak vera?” wajah pak barto sudah mulai serius dan sesekali
mehelai pundakku dengan agak rasa khawatir dengan apa yang sedang aku rasakan.
“saya sebenernya
gak tau apa yang saya rasakan, rasanya tuh pengen ngelakuin hal yang bisa di
bilang konyol, jujur sih pak, dulu memang saya gak berani sama sekali, tapi gak
tau kenapa saya berasa berani kayak gini, emang ada yang salah dengan saya pak?
Atau mungkin bapak bisa menjelaskan itu semua?”
“maaf nak vera,
bapak mungkin tidak bisa menjelaskan ini semua”
“jadi bapak
sebenernya tau apa yang sedang saya rasakan? Aku mohon pak, bapak bisa
menceritakan semuanya ke saya, dan saya janji tidak akan beri tau ke semua
orang, saya mohon pak?” bersilah ragu dan terus menerus memohon untuk
penjelasan yang sangat misteri untuk pengungkapan semua kejadian hal aneh.
“nak vera bisa
jamin semua hal yang akan saya beri tau ke nak vera bisa terjaga rapi?”
“saya jamin pak” mempertegas semua hal dan keyakinanku akan segera memuncak.
“saya jamin pak” mempertegas semua hal dan keyakinanku akan segera memuncak.
“gini ya nak ver!
Kamu tau tentang Renata? Kakak kelas kamu dulu yang meninggal disana?”
“iya pak saya ingat itu, kenapa pak?”
“iya pak saya ingat itu, kenapa pak?”
“nah itu vera,
bapak takutin kamu itu kayak Renata”
“memangnya kak
vera kenapa pak?”
rasa heran masih
lengket banget dengan suasana detik ini.
“gini nih ver,
kalau kamu beneran percaya ya bagus, tapi kalaupun kamu gak percaya juga gak
papa, semua orang ngira bapak itu uda mulai gila dan bapak takut apa yang di
ucapkan semua orang itu benar, dan yang lebih takut lagi... kalaupun ada yang
tanya ke bapak tentang hal itu, semua orang juga akan gila nantinya”
“saya benar-benar
bingung apa yang di bicarakan bapak”
“dulu Renata
seperti kamu ver, apa kamu pernah
ngalamin sesuatu yang rasanya aneh sama diri kamu sendiri? Entah firasat atau
halusinasi?”
“semuanya terjadi
berkali-kali pak,dan rasanya itu aneh sekali, saya bisa mendengar apa yang tak
akan bisa di dengar semua orang, saat saya merasa sekikiling mulai aneh,
semuanya diluar kendali, dan rasanya saya pengen mencari sebab hal itu pak, apa
bapak tau apa yang terjadi dengan saya?”
“benar” satu kata dan mungkin aku agak mengerti dengan apa yang sedang pak barto
ucapkan. Sesekali pak barto mengarahkan kedua mataku dan mulai menginjak ke
arah kedua mataku yang serasa ingin terhipnotis.
“benar apa
maksutnya pak?”
“apa kamu
sebelumnya tau tentang renata?”
“kak renata? Saya tau, tapi sampai saat ini saya belum tau kenapa kak renata seperti itu dan apa yang terjadi dengan kak renata?”
“apa kamu belum pernah melihat renata?”
“belum” pelan dan lembut untuk sebuah singkat jawabku yang mengarah ke pak barto
“kak renata? Saya tau, tapi sampai saat ini saya belum tau kenapa kak renata seperti itu dan apa yang terjadi dengan kak renata?”
“apa kamu belum pernah melihat renata?”
“belum” pelan dan lembut untuk sebuah singkat jawabku yang mengarah ke pak barto
“apa kamu benar
ingin mengetahui semua hal ini?”
Mengangguk dan
terus menuju arah ke pak barto
Sebelum beberapa
tahun terakhir ini, semuanya memang berubah. Entah itu suasana kelas ataupun
keanehan di luar dugaan semua orang, semuanya terjadi berkali-kali tanpa ada
yang tau sedikitpun apa penyebabnya. Semua terjadi dengan awal kak Renata
sendiri, orang yang membuat semuanya merasa aneh untuk waktu yang terus menerus
ini. Aku sedikit berpikir kenapa kak renata melakukan hal ini ke aku dan yang
lainnya?. 5 tahun yang lalu kak Renata meninggal tanpa di ketahui semua orang.
Kak renata hanya seorang murid yang tak lain hanya murid yang tak punya harapan
masa depan sama sekali. Kak renata menjadi gila dan semakin gila hanya karna
dia dibesarkan dari keluarga yang sangat berantakan. Setelah kepergian kedua
orang tuanya yang cerai secara tiba-tiba tanpa sepengetahuannya dan
meninggalkannya tanpa sepengetahuannya pula. Kak renata benar-benar gila saat
itu, dia hanya pasrah dan terus menjadi orang yang penuh keputus asaan. Coba
deh kamu bayangin, ‘tanpa kabar dan tanpa meninggalkan sesuatu yang pasti’. Aku
cuman beranggapan rendah dengan kedua orangtuanya kak renata, bisa di bilang
gila tuh orang? Gak sadar kalo’ punya anak?. 5 minggu setelah menempati keadaan
yang tak di harapkan sama sekali, kak renata harus termenung dan terus menjadi
gila, sebab setelah 5 minggu kepergian orang tuanya yang entah kemana, dia juga
harus di kagetkan dengan keadaan neneknya yang meninggal karna sakit. Merasa
iba saat mendengarkannya, bisa stres kalaupun aku yang mengalaminya, oh nooooo
aku tak mau semuanya terjadi padaku. Hari-hari yang di lewati kak renata memang
sulit di jalani bagi remaja masa kini, dia harus mati-matian cari uang sendiri
dan hidup sendiri tanpa keluarga yang menghampirinya, entah dimana semua
keluarga kak renata, tapi yang pasti mereka tak tau apa yang dialami kak
renata, karna memang semua keluarga kak renta berada di luar negeri, dan kak
renata tak bisa menghubungi salah satu dari mereka. Buku kontak yang biasanya
tertata rapi di samping telepon rumah sekarang sudah bersih tanpa sedikit
kertas yang berterbangan. Mereka jauh menghilang, tanpa sedikitpun yang
tertinggal. Beberapa hari setelah kepergian nenek kak renata yang selamanya
akan pergi dan tak akan kembli, kak renata semakin gila, entah apa yang ada
dalam benak kak renata saat itu, dia bunuh diri di tempat yang telah aku lalui
tanpa sedikitpun orang yang mengetahuinya, 2 hari setelah meninggal baru di
ketahui semua orang di antero sekolah. Bau orang meninggal khas, jadi gak salah
kalau semua orang bisa mencium bau tersebut. Ruang kosong yang pernah aku lalui
adalah ruang yang dulunya di pakai semua murid untuk latihan dance, tari atau
apapun yang berkaitan dengan kesenian. Tetapi karna beberapa murid yang tak
berminat dengan kesenian, akhirnya ekskul kesenian di tutup, tinggal ruang yang
semakin usang dan berdebu sepeninggalnya. Pak barto menceritakannya kepadaku
tanpa berhenti memandangku, pak barto satu-satunya orang yang mengetahui hal
itu, sejak sepeninggal kak renata di sana, pak barto terus mencari informasi ,
entah dari tetangga kak renta sampai pak
barto tak sengaja menemukan buku diary kak renata yang tertinggal di rumah
nenek kak renata sepeninggal. Semuanya sejalan dengan apa yang pak barto
kemukakan. Dan sejak saat itu pula kejadian aneh sering terjadi di sekolah ini,
entah itu kesurupan atau pingsan secara bersamaan. Pak barto menceritakan
semuanya, tanpa ragu sedikitpun. Aku heran kenapa sejak sepeninggal kak renata
semuanya berubah? Apa semua itu ulah kak renata sendiri? Kenapa dia kejam
dengan semua ini? Aku hanya menghela nafas panjang saat pak barto menjawab “ya”
singkat kata yang membuat aku semakin kesal dengan yang namanya ‘kak renata’.
“Mungkin dia
capek dengan kehidupannya, makanya dia ingin merubah semua orang yang ada di
sekolah ini seperti dia” pak barto menjelaskannya.
“tapi kenapa kita
yang harus mengalami itu semua pak? Terutama aku yang banyak berhalusinasi
tentang hidup dan kematian seseorang, sebetulnya aku juga capek dengan
kehidupanku ini, aku mulai berhalusinasi yang entah kenapa bisa terjadi, aku
sebetulnya capek pak”
“mungkinkah kamu
orang yang di cari renata saat ini?”
“aku? Kenapa
harus aku pak?” aku terkejut dan tak menyangka semua hal itu bisa terjadi.
“bapak sama
sekali tidak tau kalau masalah itu ve”
Aku terdiam dan
sesekali menggerakkan tanganku, aku tak tau apa yang harus aku lakukan saat
itu. mungkin aku hanya bisa mencari hal itu dengan diriku sendiri, tanpa apapun
dan itu hanya diriku sendiri. Menghabiskan dengan sebuah fakta sepulang
sekolah, mencari dan terus mencari, kenapa kak renata menginginkanku? Kertas
putih peninggalan kak renata di sekolah hanya sebuah misteri dan seberkas data
diri, dengan seksama aku membacanya berlahan-lahan ‘Renata Andela Rahmatica’
nama yang bagus untuk sebuah pengungkapan kecil namun tak banyak orang
menilaiku rendah saat mengutarakan pendapat seseorang. Sampai gak terasa
malampun datang, suasana semakin mencekam, aku berlahan-lahan turun dari anak
tangga samping perpustakan yang tak banyak dari murid sana menyebutnya tangga
setan, banyak peristiwa aneh yang terjadi saat kita melewati tangga itu.
Sesekali aku
mendengar hal aneh yang mulai mendekati tubuhku, rasanya ingin teriak tapi
serasa mulutku terkunci jika aku harus berteriak payah, aku hanya bisa melihat
sekelilingku dengan mengendap-endap, aku mencari titik itu dan berusaha
menemukan jika aku tak akan bisa selamat dari sini. Aku bisa melihat seseorang
datang disampingku, tapi aku takut melihatnya, aku menutup kedua mataku dan
berusaha memejamkan, “aku butuh kamu” sesaat aku mendengar ucapan itu, apa aku
benar-benar gila dengan semua ini? Aku tak percaya kenapa hanya aku orang
satu-satunya yang bisa mendengar suara itu? suara itu pelan dan halus, tak akan
ada orang yang tau dengan suara aneh itu. aku masih memejamkan mataku dan
beberapa kali menunduk. Aku serasa mulai bisa membuka mulut tetapi masih
menutup kedua mataku. “kenapa kamu harus menggangguku? Tak bisakah kamu tak
mengangguku dan semua orang di sekolah ini?” aku mulai berbicara untuk
memberanikan diri. “aku capek dengan semua ini! Aku muak dengan semua ini! Tak
bisakah kamu menyadari itu? apa kamu bisa mendengarkan hal itu?” suaraku serasa
menggertak dan menjadi keras sekeras
kerasnya. aku tak bermaksut seperti itu sebenarnya, tapi aku benar-benar sudah
letih dengan kejadian ini, aku hanya ingin semuanya bisa berubah seperti tahun
sebelum tahun ke lima dari tahun ini. Aku sudah 3 tahun berada di sekolah ini,
dan aku hanya ingin semuanya akan baik-baik saja jika aku mengetahui keganjalan
hal ini. aku ingin merubah semuanya, dan aku yakin aku mampu melakukannya,
meski aku harus menjatuhkan darahku demi ini semua. sesekali suara itu semakin
mendekat dan terus mendekat, kalimat itupun sama dan terus menerus mengucapkan
hal itu, aku hanya pasrah jika semua itu harus di bayar dengan darahku sendiri.
Aku lebih merasakan kedatangannya, dia mendekat dan semakin mendekat meski aku
tak mendengar dia datang, tapi aku bisa merasakan hal itu. Beberapa menit
setelah aku merasakan hal itu.................................
Mungkin nyawaku
tak akan bisa datang di dunia, aku serasa kaku dengan hal ini, membuat orang
panik dengan kebodohanku sendiri. Sebetulnya aku tak percaya dengan hal ini, tapi
mereka datang dan aku tak bisa menghindarinya. Aku tak pernah ingin jika aku
memiliki peristiwa seperti ini, aku tak pernah ingin jika kelebihanku akan membuat orang semakin panik dan terus
bertanya dengan diriku sendiri. Malam itu juga dan detik setelah itu juga aku
tak berada di dunia ini lagi, aku ingin marah saat itu... tapi buat apa? Aku tak
berada di dunia ini lagi. Mereka benar-benar ingin mendapatkanku, bukan hal
yang mudah memang, tapi aku mengerti dengan keadaan itu, aku benar-benar paham
dan terus meyakinkan diriku sendiri untuk terus membela diri.
Semua orang
benar-benar menangis dengan kematianku, aku hanya tersenyum saat memandang
mereka. Ayah, bunda, kedua kakak laki-lakiku, carisa, pak barto, dion dan semua
orang menangisiku. Aku terus tersenyum melihat mereka begitu menyayangiku,
beberapa kali ucapan carisa tentang kebodohanku terasa terdengar langsung di
telingaku, dan aku melihat mereka..
“aku bisa
melihat, tapi tak sedikit orang memandangku”
“Aku bisa
mendengar, tapi tak sedikitpun orang mendengarku”
Hanya untaian
kata itu yang bisa terucap dalam benakku, aku percaya semua itu sudah takdir
dari yang di atas, dan aku bersyukur sekali bisa bertemu dengan orang yang
pernah menyayangiku.
Karna dengan
melihat mereka datang di pemakamanku, aku merasa tenang.
Mereka
mendoakanku dan terus mengucap sebuah kalimat indah.
Aku sadar dan aku
mengerti..
Aku tak pernah
tau kapan aku di lahirkan dan kapan aku harus meninggal..
Aku tak tau, dan
aku tak pernah mengetahui itu semua..
Mungkin aku
pernah berhalusinasi, dan memang semuanya kadang terjadi..
Tapi apakah
mungkin kita berasa bodoh dengan hal itu?
Bukankah setiap
tumbuh nyawa, akan ada seribu kematian?
Bukankah semua
orang akan mati?
Kamu tau, dan
kenapa kamu takut dengan semua itu?
Kamu benar-benar
bohong dengan diri kamu sendiri..
Kenapa kamu harus
membohongin diri kamu sendiri?
Aku yakin semua
itu memang takdir..
Kamu tak pernah
tau apa yang terjadi nantinya..
Tapi kamu akan
memahaminya jika kamu percaya dengan hal itu..
Kak Renata
membutuhkanku, mungkin hanya saku yang akan menemaninya...
Setelah
kepergianku, suasana sekolah mulai berubah. Tak ada lagi suara aneh dan suasana
aneh lagi. Mereka tersenyum setiap harinya, tanpa memikirkan hal aneh kembali.
Dan aku mulai bisa tenang untuk detik ini.
_________________________________________________________________________
“Kak Renata
berdiri tegak di sampingku, dan tersenyum ke arahku”
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
~end~
arinta dwi swastika ~ 12/12/12