it's my world, it's my little Diary. It's about me, love sad and some story

Feeds RSS
Feeds RSS

Semua mengatakan dengan kebodohan...
Entah apa yang mereka lakukan..
Berdesir kuat saat aku tenang..
Melamunkan satu hal yang awam..
Mereka tak tau, dan pasti takkan tau tentang itu..
Aku memiliki satu subjek..
Mereka memiliki lebih dari aku..
Aku tak percaya dengan kepastian hal..
Mereka selalu mengatakan...
Apa akan terus mendesir jika itu benar..
Uh payah sekali hal itu..
Kenapa aku harus bersimpati?
Kenapa juga aku harus percaya hal itu?
Bukankan hal itu akan bikin kita mati?
Sia-sia dan takkan pernah terjadi...
Yaah.. itu hanya konyol..
Aku tak mengerti tentang mereka...
Apa aku terlalu kolot tentang itu?
Jauh... aku sama sekali tak mengerti...
Terlalu konyol untuk dipikirkan...

Diantara ratusan nyawa yang jatuh..
Mungkin hanya satu yang berdiri..
Terbang dan mungkin akan hilang..
Menepis,saat awan tak ingin menyapa..
Menarik sebuah lintasan memori yang kusam...
Aku mungkin bisa menangis...
Saat aku benar-benar lelah dengan semua ini..
Aku hanya sibuk dengan surat kecilku...
Aku akan mengirimkannya..
Entah kapan dan bagaimanapun caranya...
Aku serius ingin menghilang..
Banyak diantara mereka lelah dan diam..
Kenapa mereka harus diam?
Aku kesal dan sesekali ingin marah..
Kau tak mendengarkannya?
Kau terlalu kejam untuk hal ini..

Enak ya jadi cowok?
Cowok itu memilih bukan di pilih..
Cewek menunggu..
Dan terus menerus menunggu..
Aku hanya bisa menyimpannya..
Dan terus diam..
Meski sebenarnya ingin bilang..
Tapi semuanya hanya kosong dan tak berarti..
Sekin banyak orang terdiam..
Mungkin hanya aku yang bisa terdiam kaku...
Cewek itu  mengagumi tanpa banyak berbuat..
Aku salah satu itu...
Dan aku mengakuinya..
Aku hanya sebutir angan..
Yang tak tau kapan semuanya terjadi..
Atau mungkin tak akan terjadi?
Uh sial..
Aku tak mengerti dengan semua ini..


Saat aku berdiri dan akan memaksa..
Laut marah dan mungkin akan marah...
Bukan.. laut tak akan marah..
Laut tersenyum saat aku merasa bahagia..
Aku benar-benar ingin tersenyum saat ini..
Saat kamu ada..
Aku merasa takut memandangmu..
Benar-benar takut...
Aku tak percaya dengan hal itu..
Aku hanya ingin bilang..
“kamu itu aneh”
Bisa bikin aku senyum, kadang juga bikin aku kesel...
Tapi banyak senyum saat aku berangan tentangmu..
Memang aku takut memandangmu..
Tapi aku akan berangan unutuk melihatmu..
Gak secara langsung, tapi secara hati..


Sebutir diantara ribuan nyawa berbanding nyata saat memandang..
Terlepas saat dunia menangis..
Melamun saat dunia diterpa air..
Jatuh melintas di udara...
Terangan saat pemikiran kosong..
Hal nyata yang mungkin sulit di percaya...

“Kematian”
Bukankah semua orang akan mati?
Mengapa semua orang menakutinya?
Tak bisakah kau tak percaya dengan orang?
Tentang kehidupan dan kematianmu!
Kamu percaya?
Uh... mereka hanya membodohimu...
Tanpa tau apa yang sedang mereka lakukan..
Berdiam, sedikit halus tapi rekayasa..
Tak bisakah kamu memahaminya?
Kerdilpun tau tentang itu...
Tipis sekali saat kamu bilang “tidak”
Dan kamu mulai menjadi orang yang bodoh...
Taukah kamu?
Apa?
Kamu tak memahaminya?
Berhenti sejenak dan katakan satu huruf...
Kau akan tau maksutku..

Hanya bergaung di lintasan petir yang suram..
Berlutut hingga padam hatimu..
Tak bisakah kamu melihat?
Bagaimana aku melakukan ini untukmu?
Kamu bergaung hanya untuk pembelaan
Harusnya kamu sadar...
Tak bisakah kamu sadar?
Aku sedikit marah denganmu..
Marah dan mungkin membencimu..
Apa kamu mata untuk mendengar?
Apa kamu telinga untuk melihat?
Kamu tak akan sadar jika hanya bergaung..
Rendah dan akan semakin rendah
Mulutmu benar tak berguna
Aku kira kamu super..
Tak lain hanya kosong..
Hanya itu..
Dan mungkin itu..

Menjadi seorang pemikir ...
melakukan segalanya dengan otak..
Apa yang spesial dari mereka?
Hanya melakukan hal konyol yang tak akan mereka sadari..
Pernah kamu bersandiwara tentang simpati?
Bodoh benar-benar bodoh..
Konyol tak bersuara..
Mereka melakukan tanpa otak?
Tanpa hati? Atau tanpa pendengaran?
Kamu bodoh dan kamu melakukannya


Tak bisakah kamu berhenti menangis?
Mengusapnya berlahan-lahan, tanpa mengenalnya kembali?
Bodoh benar-benar bodoh..
Payah benar-benar payah...
Angin Akan terus memelukmu saat kamu akan membutuhkannya..
Kenapa tak kau coba yakin?
Karna kamu sebetulnya orang yang kuat..
Dan mungkin tak akan lemah..

WHEN GHOST COME


Sekedar mengenal satu hal, dua hal atau ribuan hal yang tak pasti ujungnya. Mungkin bisa menangis, atau mungkin bisa mati di antara padang rumput yang kejam. Entah, mengapa semuanya terlalu histeris untuk terpikirkan, semuanya terlalu dalam untuk di angankan, dan semuanya terlalu banyak untuk di ciptakan.
Berjalan menelusuri hantaman orang yang mungkin tak akan bisa hidup, mungkin pula kita akan benar-benar mati saat kita tak akan bisa berpegangan. Saat kita berada di persimpangan hidup, akankah kita akan terus bertanya. Mengapa kita bisa seperti ini? Kenapa kita harus berada disini dengan hidup yang tak berpihak dengan kita?.
Mungkin aku bisa melihat, tapi tak sedikit orang memandangku...
Aku bisa mendengar, tapi tak sedikitpun orang mendengarku...

Seberapa penting hidup untuk kehidupan?
Seberapa hebat kematian mampu membuat semua terdiam?
Dan seberapa banyak  tipu daya yang benar-benar tak di harapkan?
Apa semua itu hanya imajinasi?
Semuanya hanya omong kosong?
Tapi kenapa aku menjumpainya?

Menghela nafas pelan-pelan saat aku mendengar dan melihatnya, entah bagaimana rasanya jika semua itu terjadi padaku. Mungkinkah aku benar-benar mati dan tak berkutik sekalipun?
                                                          ***

         
Hanya memandang langit sore hari, meski tak selamanya seperti ini, tapi seenggaknya aku mampu berdiri dan masih bisa tersenyum diantara orang-orang yang entah benar-benar menyayangiku, atau orang yang hanya bersandiwara di depanku. Menjalani hidup sama halnya dengan menjalani lorong waktu yang entah kapan berakhirnya.
          Sosok pemuda berilmu masuk berlahan-lahan dalam satu ruangan, entah apa yang dia jelaskan, apa mereka benar-benar ingin membaginya, atau mungkin hanya sekedar hadir dan bersilah duduk diantara puluhan pasang mata yang mengarah ke arah pemuda tersebut. Duduk dan terus duduk hingga suara bunyi aneh akan berdering keras diantara puluhan ruangan yang berdiri kokoh di tanah ini. Memikirkan hal yang sama sekali tak masuk akal dan terus-menerus terbayangkan. Aku bisa melamun, entah apa yang aku lamunkan, entah bagaimana aku bisa melamunkan hal konyol itu. dan aku berhalusinasi, namun mengapa semuanya tentang kepastian hidup seseorang, antara mati dan hidup seseorang. Aku benar-benar bosan dengan hal itu, kenapa semunya benar-benar terjadi dengan hanya halusinasi konyolku. Kenapa aku bisa merasakan hal itu? kenapa aku bisa mendengarkan hal itu? aku benar-benar muak dengan keadaanku saat ini. Mungkinkah aku bisa menghilangkannya dengan hanya sedetik jari?. Benar-benar aneh untuk terus memikirkannya.
          Sepanjang koridor yang penuh tumpukan daun-daun keringpun saling menyapa langkahku yang terus-menerus berjalan dengan hangatnya. Tak banyak dari ruangan yang tertata rapi di halaman ini adalah ruangan kelas sekolah yang hampir rapuh temboknya. Usia 42 tahun memang tak muda lagi untuk sekolah ini, suasana halaman yang tak terurus, kamar mandi yang hari demi hari berlumutan, dan rerindang pepohanan yang semakin tumbang dan tak berarti hidupnya. Suara sunyi berlahan-lahan mendekat dan terus mendekat hingga semuanya terasa aneh dan tak masuk akal. Sekolah ini berdiri dengan satu orang penjaga  yang tinggal dan berdiam diri di antara keanehan yang sangat tak akan di mengerti semua orang. Semua orang pasti menganggap semua ini hanya omong kosong dan tak akan ada artinya lagi. Memikirkan hal yang tak masuk akal memang sangat menyebalkan dan tak akan ingin sedikitpun mengetahuinya. Aku benci dengan keanehan, dan terkadang aku benci dengan diriku sendiri, kenapa hanya aku yang bisa merasakan kedatangannya, saat aku benar-benar tak mengharap kedatangannya. Bangunan yang berdiri kokoh dan sedikit rapuh ini terkadang merubah suasana saat kenyataan tak bersuara kembali. Hujan dan suasana semakin tak bersahabat, air yang terus menerus jatuh dari dasar, dan petir yang semakin menghantam beberapa kerdil jarum yang tak ada ujungnyapun mulai tak bersimpati kembali. Matakupun seketika mengarah kesalah satu ruangan yang tak ada sedikitpun jalanan yang meneranginya, kembali berhalusinasi dan kembali beranganan tentang kehidupan yang sangat melelahkan. Kenapa kita harus terdiam saat kita tau bahwa seharusnya mereka yang terdiam saat melihat dan mendengar kita berada di sekitarnya. Merasakan hal yang sama dengan hari sebelumnya dan mendengar mereka yang entah bagaimana wujud asli mereka. Aku mendengar, tapi apa mereka bisa mendengarku? Kenyataan ini benar-benar tak masuk akal.
“krakkk” suara pergeseran kayu rapuh pun mulai melihat kedatanganku dan terus menerus mendengarku. Aku bisa gila dengan semua ini!!. Kenapa aku harus takut dengan semua ini? Apa mereka akan membunuhku jika aku takut? Aku hanya tertunduk dan terus menerus mengayunkan kedua kakiku yang agak pucat dan semakin dingin. Tak ada sedikitpun cahaya yang akan menyapaku, tak satupun dan tak akan ada. Aku bergegas merauk ponselku dari saku depan dan berlahan mengambilnya. Aku butuh cahaya dan aku bersikeras menghidupkan ponselku dari genggamanku, entah apa yang terjadi, di luar kenyataan dan aneh bila di rasakan. Tak hidup? Kenapa bisa terjadi?
‘hhhhssssshhh’ suara itu benar-benar menghantamku, dan terus menerus menyapa kehadiranku. Apa mereka terganggu dengan kehadiranku di sini? Aku terus berjalan dan merabah beberapa barang yang berdebu dan tak layak pakai. Tak jauh dari langkah awalku, aku menelusurinya dan terus bersikeras untuk mendapatkan sesuatu yang aku inginkan. Entah bagaimana bisa terjadi, kaca yang benar-benar berada di atasku bisa jatuh seketika dan aku sama sekali tak tau dari mana hal konyol itu bisa terjadi. Aku menjerit karna refleks, aku benar-benar merasa sendiri dan tak ada seorangpun yang akan menghampiriku. Lorong panjang dan mencekam, tak banyak dari ruangan ini bisa di lihat,  “YOU WILL DIE” benar-benar sesak saat aku melihat dengan mata yang semakin membesar tulisan aneh di antara tirai kaca yang akan pecah. “Aaaaaaaaaaaaaa” jeritanku semakin panjang dan terasa sakit saat mengucapkan. Dia akan benar-benar mendatangiku. Apa ini kenyataan? Aku benar-benar melihatnya, duduk bersilah di bangku yang hampir keropos dan mulai menghilang kembali. Aku benar-benar takut dan aku bingung harus bagaimana? Hujan yang terus menerus berdesah kencang, yang tak ingin sedikitpun menghilang menjadi sebuah jeritan saat aku ingin mereka hilang di hadapanku. Aku muak dengan semua ini!. Sesedikit aku kembali ke langkah awalku dan berbalik badan,  terasa terkejut saat makhluk aneh bepostur tak nyata langsung menghampiriku dan saling bertatap arah ke wajahku dan seketika itupun aku tak sadarkan diri. Beberapa jam berlalu tiba-tiba aku bangun dan mulai membuka kedua mataku yang sebenarnya sulit untuk di buka. Sadar ataupun tidak seketika aku sudah sampai di ruang kesehatan sekolah yang nyaman tapi sesekali tak nyaman jika harus lemah dengan keadaan seperti ini.
“Ve, kamu gila apa?” ‘Carisa’ teman satu bangkuku yang mulai bersikeras bertanya tentang hal kekonyolanku, aku terdiam dan terus terdiam tanpa menjawab satupun pertanyaan yang sama sekali tak akan kuharapkan.
“kamu benar-benar gila ve, kamu datang ke tempat serem kayak gitu dan sendiri?”
“siapa yang nolong aku sa?”
“kamu gak tau?”
“Siapa sa?”
“Pak Barto, penjaga sekolah satu-satunya di sekolah ini”
Ooohhh mengela nafas dan tak mengerti kenapa semua ini bisa terjadi.
“mana pak barto?”
“masih disana katanya”
“ngapain?”
“mana aku tau, lagian apa enaknya sih jalan sendirian ke tempat kayak gitu, apa kamu belaga lupa apa sama sekali gak inget sih ve? Kak Renata pernah mati di tempat itu cuman karna dia penasaran dengan tempat aneh kayak gitu, apa kamu gak inget sih ve?”
“aku inget car, makanya aku pengen banget ke tempat itu, aku capek dan aku muak dengan semua ini, aku pengen semuanya itu berhenti. aku gak pengen ada yang kesurupan, aku gak pengen ada kejadian mati sia-sia kayak kak Renata, aku benar-benar capek car!”
“iya aku ngerti ve, tapi kamu gak harus datang ke tempat kayak gitu ve, kamu bisa mati! Untung pak barto denger suara teriakanmu”
“aku teriak?” aneh bener-bener aneh, aku sendiri lupa dengan kejadian nyata yang penuh kemuakan.
“kamu sama sekali gak tau?”
Berusaha berdiri tapi cewek gila ini bener-bener ngelarang aku untuk keluar dari situasiku sekarang
“hey, mau kemana lagi kamu ve? Mau kembali kesana lagi?”
“kamu gak pernah tau kalo’ kamu gak pernah nyelidikin apa masalahnya car”
Berusaha mungkin untuk bangun dan menahan carisa melarang, adalah salah satu caraku untuk melawan cewek gila ini. Bergegas mungkin untuk pergi dan mencari salah satu titik dimana itu harus aku cari dan aku lalui. Tak sampai beberapa ruang sebelum dari ruang aneh itu ‘Dion’ cowok tegap yang menghentikan langkahku dan seketika aku menghentikan langkahku.
“Ve, kamu mau ke ruangan itu lagi?” mengangguk dan berusaha mungkin untuk meyakinkan Dion untuk tetap mendukung kemauanku.
“maaf ve, kamu gak boleh dateng ke ruang itu lagi?”
“kamu gila?” gak pikir banyak waktu untuk mempertegas keinginanku, berusaha mungkin aku terobos arah jalanku yang sempat terhalangi Dion, tapi beberapa caraku untuk melawannya bener-benar dapet hasil nihil.
“kamu yang gila ve, kamu bener-bener gak nyesel setelah pingsan beberapa jam yang lalu”
“nyesel? Kenapa mesti nyesel? Kenapa sih semua orang ngelarang? Semua orang terlalu pecundang, kamu juga di” aku mempertegas penjelasanku
“sorry ve, aku emang pecundang, tapi kamu gak mikirin diri kamu sendiri apa? Kamu pingsan dan kamu pengen kesana lagi, kamu bener-bener gila”
“okeh aku gila, puas? Aku cuman cari pak barto di, emang salah apa?”
“pak barto barusan keluar”
“kemana?”
“mana aku tau, pak Barto barusan aja keluar ve”
Berbalik badan dan melanjutkan langkah kecilku dan terus berjalan di antara kepasrahan hidup, jalanku semakin padat dan terus berirama. Kurang lebih 7 menit dari arah dion, aku bener-bener bergegas  untuk sesegera mungkin ke arah pak barto sebagai penjelasan mengapa aku seperti ini, dan bagaimana mestinya kehidupanku mengarah ke salah satu hidup orang lain yang sama sekali tak pernah ku inginkan.
Rumah mungil dan sedikit terurus, meski hanya beberapa perabotan kusam yang tak berarti tertata rapi dan tak berarti.
“vera!” seketika pak barto mengucap satu kata dan mengarah ke arahku dan sesegera mungkin aku menghampiri sebagai akhir langkahku yang terpecahkan.
“pak barto yang nolongin aku?” ucap singkat kata yang menurutku itu penting.
“kamu ngapain disana vera? Bapak tadi itu sempat takut kalau vera tidak bangun lagi, dada bapak rasanya sakit sekali nak!” raut muka pak barto serasa memecahkan suasana yang semakin tegang dan membuat otak makin lama makin tak terkendali.
“maaf pak, tapi apa boleh saya mengetahui sedikit tentang ruangan yang disana pak?” terheran, terheran dan terheran, capciscus aku menanyakan hal penting itu..
“maaf nak, bapak  gak berani bilang” sambil menunduk dan seakan tak ingin di ketahui semua orang..
“plis pak plis, saya butuh sekali jawaban itu pak” duduk dan sesekali tanganku manarik tangan pak barto sambil memohon dengan rasa daya pikiran yang semakin ingin tau.
“lho vera, emang kamu gak masuk kelas?”
“maaf pak, saya butuh sekali jawaban bapak, gak bisa di tunda-tunda lagi pak, saya capek, rasanya  aneh semua pak” gak tau kenapa rasanya emang beneran aneh
“memangnya apa yang kamu rasakan nak vera?” wajah pak barto sudah mulai serius dan sesekali mehelai pundakku dengan agak rasa khawatir dengan apa yang sedang aku rasakan.
“saya sebenernya gak tau apa yang saya rasakan, rasanya tuh pengen ngelakuin hal yang bisa di bilang konyol, jujur sih pak, dulu memang saya gak berani sama sekali, tapi gak tau kenapa saya berasa berani kayak gini, emang ada yang salah dengan saya pak? Atau mungkin bapak bisa menjelaskan itu semua?”
“maaf nak vera, bapak mungkin tidak bisa menjelaskan ini semua”
“jadi bapak sebenernya tau apa yang sedang saya rasakan? Aku mohon pak, bapak bisa menceritakan semuanya ke saya, dan saya janji tidak akan beri tau ke semua orang, saya mohon pak?” bersilah ragu dan terus menerus memohon untuk penjelasan yang sangat misteri untuk pengungkapan semua kejadian hal aneh.
“nak vera bisa jamin semua hal yang akan saya beri tau ke nak vera bisa terjaga rapi?”
“saya jamin pak” mempertegas semua hal dan keyakinanku akan segera memuncak.
“gini ya nak ver! Kamu tau tentang Renata? Kakak kelas kamu dulu yang meninggal disana?”
“iya pak saya ingat itu, kenapa pak?”
“nah itu vera, bapak takutin kamu itu kayak Renata”
“memangnya kak vera kenapa pak?”
rasa heran masih lengket banget dengan suasana detik ini.
“gini nih ver, kalau kamu beneran percaya ya bagus, tapi kalaupun kamu gak percaya juga gak papa, semua orang ngira bapak itu uda mulai gila dan bapak takut apa yang di ucapkan semua orang itu benar, dan yang lebih takut lagi... kalaupun ada yang tanya ke bapak tentang hal itu, semua orang juga akan gila nantinya”
“saya benar-benar bingung apa yang di bicarakan bapak”
“dulu Renata seperti kamu  ver, apa kamu pernah ngalamin sesuatu yang rasanya aneh sama diri kamu sendiri? Entah firasat atau halusinasi?”
“semuanya terjadi berkali-kali pak,dan rasanya itu aneh sekali, saya bisa mendengar apa yang tak akan bisa di dengar semua orang, saat saya merasa sekikiling mulai aneh, semuanya diluar kendali, dan rasanya saya pengen mencari sebab hal itu pak, apa bapak tau apa yang terjadi dengan saya?”
“benar”  satu kata dan mungkin aku agak  mengerti dengan apa yang sedang pak barto ucapkan. Sesekali pak barto mengarahkan kedua mataku dan mulai menginjak ke arah kedua mataku yang serasa ingin terhipnotis.
“benar apa maksutnya pak?”
“apa kamu sebelumnya tau tentang renata?”
“kak renata? Saya tau, tapi sampai saat ini saya belum tau kenapa kak renata seperti itu dan apa yang terjadi dengan kak renata?”
“apa kamu belum pernah melihat renata?”
“belum” pelan dan lembut untuk sebuah singkat jawabku yang mengarah ke pak barto
“apa kamu benar ingin mengetahui semua hal ini?”
Mengangguk dan terus menuju arah ke pak barto
Sebelum beberapa tahun terakhir ini, semuanya memang berubah. Entah itu suasana kelas ataupun keanehan di luar dugaan semua orang, semuanya terjadi berkali-kali tanpa ada yang tau sedikitpun apa penyebabnya. Semua terjadi dengan awal kak Renata sendiri, orang yang membuat semuanya merasa aneh untuk waktu yang terus menerus ini. Aku sedikit berpikir kenapa kak renata melakukan hal ini ke aku dan yang lainnya?. 5 tahun yang lalu kak Renata meninggal tanpa di ketahui semua orang. Kak renata hanya seorang murid yang tak lain hanya murid yang tak punya harapan masa depan sama sekali. Kak renata menjadi gila dan semakin gila hanya karna dia dibesarkan dari keluarga yang sangat berantakan. Setelah kepergian kedua orang tuanya yang cerai secara tiba-tiba tanpa sepengetahuannya dan meninggalkannya tanpa sepengetahuannya pula. Kak renata benar-benar gila saat itu, dia hanya pasrah dan terus menjadi orang yang penuh keputus asaan. Coba deh kamu bayangin, ‘tanpa kabar dan tanpa meninggalkan sesuatu yang pasti’. Aku cuman beranggapan rendah dengan kedua orangtuanya kak renata, bisa di bilang gila tuh orang? Gak sadar kalo’ punya anak?. 5 minggu setelah menempati keadaan yang tak di harapkan sama sekali, kak renata harus termenung dan terus menjadi gila, sebab setelah 5 minggu kepergian orang tuanya yang entah kemana, dia juga harus di kagetkan dengan keadaan neneknya yang meninggal karna sakit. Merasa iba saat mendengarkannya, bisa stres kalaupun aku yang mengalaminya, oh nooooo aku tak mau semuanya terjadi padaku. Hari-hari yang di lewati kak renata memang sulit di jalani bagi remaja masa kini, dia harus mati-matian cari uang sendiri dan hidup sendiri tanpa keluarga yang menghampirinya, entah dimana semua keluarga kak renata, tapi yang pasti mereka tak tau apa yang dialami kak renata, karna memang semua keluarga kak renta berada di luar negeri, dan kak renata tak bisa menghubungi salah satu dari mereka. Buku kontak yang biasanya tertata rapi di samping telepon rumah sekarang sudah bersih tanpa sedikit kertas yang berterbangan. Mereka jauh menghilang, tanpa sedikitpun yang tertinggal. Beberapa hari setelah kepergian nenek kak renata yang selamanya akan pergi dan tak akan kembli, kak renata semakin gila, entah apa yang ada dalam benak kak renata saat itu, dia bunuh diri di tempat yang telah aku lalui tanpa sedikitpun orang yang mengetahuinya, 2 hari setelah meninggal baru di ketahui semua orang di antero sekolah. Bau orang meninggal khas, jadi gak salah kalau semua orang bisa mencium bau tersebut. Ruang kosong yang pernah aku lalui adalah ruang yang dulunya di pakai semua murid untuk latihan dance, tari atau apapun yang berkaitan dengan kesenian. Tetapi karna beberapa murid yang tak berminat dengan kesenian, akhirnya ekskul kesenian di tutup, tinggal ruang yang semakin usang dan berdebu sepeninggalnya. Pak barto menceritakannya kepadaku tanpa berhenti memandangku, pak barto satu-satunya orang yang mengetahui hal itu, sejak sepeninggal kak renata di sana, pak barto terus mencari informasi , entah dari tetangga kak renta  sampai pak barto tak sengaja menemukan buku diary kak renata yang tertinggal di rumah nenek kak renata sepeninggal. Semuanya sejalan dengan apa yang pak barto kemukakan. Dan sejak saat itu pula kejadian aneh sering terjadi di sekolah ini, entah itu kesurupan atau pingsan secara bersamaan. Pak barto menceritakan semuanya, tanpa ragu sedikitpun. Aku heran kenapa sejak sepeninggal kak renata semuanya berubah? Apa semua itu ulah kak renata sendiri? Kenapa dia kejam dengan semua ini? Aku hanya menghela nafas panjang saat pak barto menjawab “ya” singkat kata yang membuat aku semakin kesal dengan yang namanya ‘kak renata’.

“Mungkin dia capek dengan kehidupannya, makanya dia ingin merubah semua orang yang ada di sekolah ini seperti dia” pak barto menjelaskannya.
“tapi kenapa kita yang harus mengalami itu semua pak? Terutama aku yang banyak berhalusinasi tentang hidup dan kematian seseorang, sebetulnya aku juga capek dengan kehidupanku ini, aku mulai berhalusinasi yang entah kenapa bisa terjadi, aku sebetulnya capek pak”
“mungkinkah kamu orang yang di cari renata saat ini?”
“aku? Kenapa harus aku pak?” aku terkejut dan tak menyangka semua hal itu bisa terjadi.
“bapak sama sekali tidak tau kalau masalah itu ve”

Aku terdiam dan sesekali menggerakkan tanganku, aku tak tau apa yang harus aku lakukan saat itu. mungkin aku hanya bisa mencari hal itu dengan diriku sendiri, tanpa apapun dan itu hanya diriku sendiri. Menghabiskan dengan sebuah fakta sepulang sekolah, mencari dan terus mencari, kenapa kak renata menginginkanku? Kertas putih peninggalan kak renata di sekolah hanya sebuah misteri dan seberkas data diri, dengan seksama aku membacanya berlahan-lahan ‘Renata Andela Rahmatica’ nama yang bagus untuk sebuah pengungkapan kecil namun tak banyak orang menilaiku rendah saat mengutarakan pendapat seseorang. Sampai gak terasa malampun datang, suasana semakin mencekam, aku berlahan-lahan turun dari anak tangga samping perpustakan yang tak banyak dari murid sana menyebutnya tangga setan, banyak peristiwa aneh yang terjadi saat kita melewati tangga itu.
Sesekali aku mendengar hal aneh yang mulai mendekati tubuhku, rasanya ingin teriak tapi serasa mulutku terkunci jika aku harus berteriak payah, aku hanya bisa melihat sekelilingku dengan mengendap-endap, aku mencari titik itu dan berusaha menemukan jika aku tak akan bisa selamat dari sini. Aku bisa melihat seseorang datang disampingku, tapi aku takut melihatnya, aku menutup kedua mataku dan berusaha memejamkan, “aku butuh kamu” sesaat aku mendengar ucapan itu, apa aku benar-benar gila dengan semua ini? Aku tak percaya kenapa hanya aku orang satu-satunya yang bisa mendengar suara itu? suara itu pelan dan halus, tak akan ada orang yang tau dengan suara aneh itu. aku masih memejamkan mataku dan beberapa kali menunduk. Aku serasa mulai bisa membuka mulut tetapi masih menutup kedua mataku. “kenapa kamu harus menggangguku? Tak bisakah kamu tak mengangguku dan semua orang di sekolah ini?” aku mulai berbicara untuk memberanikan diri. “aku capek dengan semua ini! Aku muak dengan semua ini! Tak bisakah kamu menyadari itu? apa kamu bisa mendengarkan hal itu?” suaraku serasa menggertak dan menjadi  keras sekeras kerasnya. aku tak bermaksut seperti itu sebenarnya, tapi aku benar-benar sudah letih dengan kejadian ini, aku hanya ingin semuanya bisa berubah seperti tahun sebelum tahun ke lima dari tahun ini. Aku sudah 3 tahun berada di sekolah ini, dan aku hanya ingin semuanya akan baik-baik saja jika aku mengetahui keganjalan hal ini. aku ingin merubah semuanya, dan aku yakin aku mampu melakukannya, meski aku harus menjatuhkan darahku demi ini semua. sesekali suara itu semakin mendekat dan terus mendekat, kalimat itupun sama dan terus menerus mengucapkan hal itu, aku hanya pasrah jika semua itu harus di bayar dengan darahku sendiri. Aku lebih merasakan kedatangannya, dia mendekat dan semakin mendekat meski aku tak mendengar dia datang, tapi aku bisa merasakan hal itu. Beberapa menit setelah aku merasakan hal itu.................................
Mungkin nyawaku tak akan bisa datang di dunia, aku serasa kaku dengan hal ini, membuat orang panik dengan kebodohanku sendiri. Sebetulnya aku tak percaya dengan hal ini, tapi mereka datang dan aku tak bisa menghindarinya. Aku tak pernah ingin jika aku memiliki peristiwa seperti ini, aku tak pernah ingin jika kelebihanku akan  membuat orang semakin panik dan terus bertanya dengan diriku sendiri. Malam itu juga dan detik setelah itu juga aku tak berada di dunia ini lagi, aku ingin marah saat itu... tapi buat apa? Aku tak berada di dunia ini lagi. Mereka benar-benar ingin mendapatkanku, bukan hal yang mudah memang, tapi aku mengerti dengan keadaan itu, aku benar-benar paham dan terus meyakinkan diriku sendiri untuk terus membela diri.
Semua orang benar-benar menangis dengan kematianku, aku hanya tersenyum saat memandang mereka. Ayah, bunda, kedua kakak laki-lakiku, carisa, pak barto, dion dan semua orang menangisiku. Aku terus tersenyum melihat mereka begitu menyayangiku, beberapa kali ucapan carisa tentang kebodohanku terasa terdengar langsung di telingaku, dan aku melihat mereka..

“aku bisa melihat, tapi tak sedikit orang memandangku”
“Aku bisa mendengar, tapi tak sedikitpun orang mendengarku”

Hanya untaian kata itu yang bisa terucap dalam benakku, aku percaya semua itu sudah takdir dari yang di atas, dan aku bersyukur sekali bisa bertemu dengan orang yang pernah menyayangiku.
Karna dengan melihat mereka datang di pemakamanku, aku merasa tenang.
Mereka mendoakanku dan terus mengucap sebuah kalimat indah.

Aku sadar dan aku mengerti..
Aku tak pernah tau kapan aku di lahirkan dan kapan aku harus meninggal..
Aku tak tau, dan aku tak pernah mengetahui itu semua..
Mungkin aku pernah berhalusinasi, dan memang semuanya kadang terjadi..
Tapi apakah mungkin kita berasa bodoh dengan hal itu?
Bukankah setiap tumbuh nyawa, akan ada seribu kematian?
Bukankah semua orang akan mati?
Kamu tau, dan kenapa kamu takut dengan semua itu?
Kamu benar-benar bohong dengan diri kamu sendiri..
Kenapa kamu harus membohongin diri kamu sendiri?
Aku yakin semua itu memang takdir..
Kamu tak pernah tau apa yang terjadi nantinya..
Tapi kamu akan memahaminya jika kamu percaya dengan hal itu..

Kak Renata membutuhkanku, mungkin hanya saku yang akan menemaninya...
Setelah kepergianku, suasana sekolah mulai berubah. Tak ada lagi suara aneh dan suasana aneh lagi. Mereka tersenyum setiap harinya, tanpa memikirkan hal aneh kembali. Dan aku mulai bisa tenang untuk detik ini.
_________________________________________________________________________

“Kak Renata berdiri tegak di sampingku, dan tersenyum ke arahku”
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
~end~
arinta dwi swastika ~ 12/12/12