Dari Mama, Untuk Gisel
“Gisel!” serentak suara
Vilia terdengar takjub di gendang telingaku, aku tanggap dengan lantang karena
kekesalan yang membuat jantungku berdetak kencang. “Apa’an sih vil! Nggak lucu
tau” “Ya maaf lah, maklum saja, aku lagi seneng banget nih” tanggapan suara Vilia
pun agak menyesal, “Memang ada apa’an
sih?” jawabku cepat “Nggak ada apa-apa sih, tapi rasanya hari ini aku
tuh seneng banget” “Dasar! Nggak jelas banget sih!”.
“Sel, ntar pulang sekolah, kamu mau
nggak ke rumah Gita?” “ke rumah Gita? Ngapain kesana? Belajar pemrograman!” “ya”
jawab Vilia sembari menganggukkan kepalanya. “males banget belajar pemrograman?
Mending aku nemenin mamaku yang lagi sakit” “Ayolah, dirumahmu kan ada kak
Aldi! Ayo dong Sel! Aku nggak bisa pemrograman sama sekali!” “Kamu pikir aku
bisa apa? Udah deh nggak usah banyak mikirin pemrograman! Toh juga kita cewek!
Perusahaan tuh pastinya nggak ada yang merluin kita kan! Rata-rata cowok yang
di terima di perusahaan Vilia!” “Kenapa sih, pikiranmu masih sama kayak dulu
Sel?” “Bukannya gitu Vil! Emang kenyataannya gitu kan!”. Selang beberapa detik bunyi
bel sekolah yang seperti bel di kereta api pun terdengar agak keras di seluruh
antero sekolah.
Hentakan
kaki pak Bima pun agak terdengar dari luar, karena memang suara sepatu yang
beliau kenakan sudah hafal di telinga semua murid di sekolah. “Di tempat duduk,
istirahat di tempat grak!” tampak lantang terdengar suara ‘Vian’ Ketua kelas di
kelasku, memang sudah rutin sekali kalau ada guru yang mau ngajar di kelas,
ketua kelas harus menyiapkan anggotanya terlebih dahulu. “Kepada guru, beri
salam!” Vian pun melanjutkan pembicaraannya. “Selamat Pagi pak!” serentak
anak-anak pun berkata sekeras mungkin. “Selamat pagi juga!” pak Bima pun langsung
menanggapi kita semua. Pelajaranpun mengalir layaknya air yang terjun dari
derasnya air terjun di pegunungan, hari ini memang agak panas udaranya, tapi
semangat belajar memang harus ada dalam diri kita, aku pun berusaha untuk
mencintai semua pelajaran yang agak aku benci. Mama pernah bilang ‘apabila kita
membenci suatu pelajaran, maka kita selamanya tidak akan bisa mempelajarinya’,
memori otakku masih terbayang-bayang nasehat mama, tapi meskipun begitu,
pelajaran pemrograman membuat aku semakin pusing dengan semuanya, jujur aku
nggak suka banget sama pelajaran pemrograman. Tak terasa bel sekolah terdengar
agak keras, aku pun langsung berjalan menuju parkiran untuk mengambil motor
berwarna merahku yang sengaja aku parkir di tempat parkiran.
Sesampai
di rumahpun badan terasa capek, dan aku putusin untuk tidur sejenak, meski
waktu sudah sore banget, tapi menurutku dengan istirahat sejenak, otakku
semakin fresh. Tak selang beberapa menitpun suara HP ku terdengar getar, tanda
ada sms masuk. Dan ternyata Vilia “Sel! Ke rumah Gita yuk!” “males! Aku capek”
singkat balasan yang aku kirim, beberapa detik pun Vilia langsung membalasnya
dengan cepat “Sel! Ayo dong!” dengan rasa cuek, aku pun langsung tidur dan
tanpa menghiraukan pesan dari Vilia.
***
Kurang
lebih 30 menit lamanya aku bangun dari mimpi-mimpi khayalku, akupun langsung
segera turun kebawah untuk melihat mama yang sakit. mama adalah orang yang
hebat, karena meskipun mama sakit, tapi mama masih sanggup berdiri, kata mama
sih kalau terlalu tidur di kamar rasanya suntuk banget. Sebenarnya sih mama
mengidap penyakit yang berbahaya, aku sih sebenarnya takut, kata dokter sih
mama perlu istirahat di rumah saja, karena kalau di rumah sakit mama bisa
stres, oh ya mama mengidap penyakit leukimia, tiap hari aku pun nggak sanggup
kalau mama selalu nyiapin makan untuk papa,aku
dan kak aldi, padahal mama masih sakit. Toh juga kan masih ada ‘bibi Inah’
pembantu di rumahku. Tak berfikir panjang, aku pun akhirnya langsung turun ke
bawah “Mama” akupun langsung memeluk mama dengan kasih sayangku, mamapun
langsung menyuruhku duduk di ruang makan. “Ma, kan ada bi Inah! Tapi mama kok
masih nyiapin makan sih! Ntar sakit gimana?” “kamu lihat sendiri kan kalau mama
masih sehat!” mamapun menanggapiku dengan senyumannya, akupun balas senyum ke
mama, padahal di hati kecilku aku kasihan sama mama. Tak terasa suasana
berkumpul dengan keluarga yang lengkap itu menyenangkan, kami asyik berbincang
satu sama lain. Kak aldi cerita tentang cewek barunya yang ada di kampus, papa
asyik cerita kalau kantor di perusahaan ayah mau ada acara pergantian manager,
aku pun nggak kalah sama yang lainnya, akupun cerita tentang Vilia yang menyebalkan
itu, kak Aldi pun tambah tertawa dengan cerita konyolku, emang dasar menyebalkan
kan!, masak tiap hari ngomongin pemrograman! Udah tau kalau aku tuh nggak suka sama
pemrograman, masih saja sibuk bicarain itu, menyebalkan kan!.
Tapi mama pun langsung menanggapi
ceritaku dengan sekejap “Maksud Vilia itu baik kok sayang! Vilia tuh cuman
pengen kamu jadi orang yang sukses”
“tapi aku memang tidak bisa ma! Rata-rata perusahaan sekarang nggak memerlukan
cewek lagi buat seorang programmer kan ma!” tampangku pun agak kesal karena
mama lebih memilih Vilia ketimbang aku! “Ada kok programmer cewek di kantor
papa!” papa pun langsung menyahut pembicaraanku “tapi sedikit!” serentak akupun
membalasnya “banyak kok, kalau kamu yang mempeloporinya sayang! Ntar deh
bakalan banyak cewek programmer!” suara lembut mama pun menjawab dengan sabar,
dalam hati kecilku aku pengen banget minta maaf ke mama, ‘maafin aku ma, tadi
aku bentak-bentak mama yang lagi sakit’.
***
Keesokan
harinya aku putuskan untuk ikut belajar bareng sama Vilia ke rumah ‘Gita’ anak
satu-satunya yang pintar pemrograman di kelas. Dan sejak saat itu aku merasa
bersalah sama mama, dan sejak saat itu pulalah aku putuskan untuk belajar bareng ke rumah Gita setiap habis
pulang sekolah. Buku pemrograman yang tebal-tebalpun mulai lengkap di kamarku, dan
sedikit demi sedikitpun aku menyukai pemrograman. Sekarang waktuku pun memang
padat, bisa-bisa sampai malampun aku baru pulang, biasanya sih aku dan mama
duduk-duduk santai di taman belakang rumahku, biasanya juga sih aku yang
nemenin mama waktu mama sendiri di taman, dan biasanya juga aku bercanda sama
mama, tapi sekarang agak sulit banget. Dan sekarang tampaknya aku nggak ngelihat
ada siapa-siapa di taman belakang, ku arahkan mataku dan sembari duduk santai
di taman belakang, aku terbayang-bayang saat aku masih bisa bercanda di sore
hari sama mama, tapi sekarang rasanya sulit banget, kadang rasanya aku sedih
ngelihat mama sendiri di taman.
***
Dua
hari setelah aku merenung, bu Rita mendaftarkan kami bertiga dalam perlombaan
IT Nasional yang di ikuti banyak peserta dari berbagai daerah. Aku,Vilia dan
Gita pun agak terkejut mendengarnya. Dan untuk itu, Aku sekarang lebih banyak
tidur di rumah Gita ketimbang pulang ke rumah, mama juga sudah tau kok tentang
perlombaan IT yang akan aku ikuti, jadi mama juga mengizinkanku.
‘Rabu,3
Oktober 2011’ waktu perlombaan kurang 2 hari lagi, Aku,Vilia dan Gita berniat
untuk belajar ke rumah ‘bu Rita’ Guru pemrograman di sekolahku. Kami berempat pun langsung
sharing-sharing tentang pemrograman, jadi kalau seandainya Gita nggak bisa
ngerjain programnya, Gita langsung tanya ke bu Rita. Waktu pun berjalan dengan
cukup panjang, tepat pukul 18.30 tiba-tiba Hpku pun bergetar, dan ternyata kak
Aldi telfon, aku pun mengangkat telfon dengan santainya “Ada apa kak telfon!
Tumben banget!” jawabku setelah memencet tompol hijau di scren HP, “Sel!” “Ada
apa kak! Nggak biasa-biasanya kakak kayak gini, ada apa’an sih kak!” aku pun
serasa agak cemas, “Mama Sel!” jantungkupun langsung berdetak kencang setelah
kak Aldi melafalkan kata mama “Mama kenapa kak!” aku pun spontan langsung
menjawabnya “Mama di Rumah Sakit Harapan Bunda Sel!” “Apa?” setelah mendengar
jawaban dari kak Aldi, aku pun langsung pergi ke Rumah sakit tanpa menghiraukan
Vilia,Gita dan bu Rita, tetesan air matapun langsung berdesir kencang, dadaku
pun langsung sesak memikirkan mama yang sedang di rumah sakit. Setibanya di
Rumah Sakit, aku pun langsung masuk ke kamar UGD, tapi sesaat akan membuka
pintu kamar UGD papa langsung menahan tanganku “Sel, sebaiknya kita tunggu di
luar saja ya!” aku pun langsung memeluk papa dengan seerat-eratnya “Pa! Mama
gimana? Aku takut!” “Mama bakalan baik-baik saja kalau kamu tenang Sel!
Percayalah sama papa!” “Tapi pa! Ini semua karna aku! Andai saja aku nggak
ndengerin kata Vilia untuk ikutan belajar pemrograman dan ngikutin lomba IT,
mama nggak mungkin kayak gini Pa!” aku pun menangis sejadi-jadinya, air mata
pun juga tidak bisa di tahan lagi, rasanya aku
pengen menggantikan posisi mama
di kamar UGD, ini salahku! Aku pun terus merasa bersalah. “Ini bukan salahmu
Sel!” Papa pun sembari nenangin dan membelai rambutku dengan tenang. “Tapi pa!
Kalau saja aku nemenin mama terus, mama nggak bakalan kayak gini, mama tuh
kesepian pa! Biasanya aku tuh yang nemanin mama! Tapi semenjak aku belajar
pemrograman dan ikut lomba IT, mama lebih sering sendiri dan kesepian pa! Ini
semua salahku!” aku pun terus menyalahkan diriku. Kak Aldipun langsung
memelukku juga, papa pun langsung melepaskan pelukannya dan sekarang aku di
pelukan kak Aldi. “Kakak yang salah sel! Kakak lebih asyik main sama temen
kakak ketimbang nemenin mama! Kakak nggak sadar kalau mama kesepian, maafin
kakak ya?” “kakak?” akupun langsung hening sejenak dan langsung memeluk kak
Aldi dengan sekencang-kencangnya. Selang beberapa menit dokter langsung keluar
dari kamar UGD, wajah dokter agak pucat dan serentak... “Maaf kami sudah berusaha
semaksimal mungkin, tapi apa daya bu Rani memang tidak bisa di selamatkan”
spontan air mata yang mengalir pun sekejap langsung mengalir dengan cepat, tak
ambil banyak waktu aku langsung masuk ke kamar UGD, tampak wajah mama yang
sudah pucat dan berwarna putih, aku pun langsung memeluk mama dan menangis
sejadi-jadinya, “aku yang salah ma! Mama tolong bangun! Aku sayang mama! Ma,
bangun ma!” kak Aldi pun memelukku dan sembari agak menangis, rasanya aku
pengen nyusul mama ke sana.
Tepat
pukul 19.23 mama meninggal dan langsung di makamkan malam itu juga. Banyak
orang yang datang untuk turut berbela sungkawa. Tampak Vilia, Gita dan bu Rita
juga hadir. “Sel!” Viliapun memanggilku, serentak aku kesal ke Vilia “Kamu
masih sempat kesini Vil? Kamu seneng ngelihat mamaku meninggal? Andai saja kamu
nggak nyuruh aku belajar pemrograman! Nggak bakal semuanya terjadi seperti ini!
Aku benci kamu Vil! Benci banget!” aku pun langsung berlari dan masuk kamar
secepatnya. Vilia pun mengejarku sembari merasa bersalah, pintu kamarku pun
terkunci, Viliapun menggedor-gedor pintu kamarku, aku sama sekali tak
menghiraukannya. “Sel! Maaf sel! Aku nggak tau kalau semuanya bakal seperti
ini!” “pergi kamu Vil! Aku benci kamu! Aku nyesel temenan sama kamu!” aku pun
langsung membuang buku-buku tebal yang ada di rak kamar “Aku benci IT, aku
benci pemrograman” kata-kataku pun terlontar begitu saja, Viliapun tampaknya
sudah pulang, aku pun tak terasa tidur lenyap dalam mimpi bertemu mama di alam
jauh.
‘Kamis,4
Oktober 2011’ Pagi ini terasa sepi, dan aku baru sadar apa yang di alami mama
sekarang sama sepertiku, rasanya aku kesepian banget, beberapa menit kemudian kak
Aldi masuk kamarku. “Sel! Kamu nggak sekolah?” “kayaknya aku lagi malas ke
sekolah kak! Boleh ya aku bolos sekali!” “Ya sudah, kakak azinin, tapi nggak
usah sedih gitu dong, kakak masih ada kok! Kakak bakalan nemenin kamu kemana
kamu pergi, kakak janji kok!” air mataku pun langsung terjatuh, kak Aldi
mengusap berlahan-lahan “Kok nangis? Kakak kan di sini, jadi kamu nggak bakalan
kesepian lagi!” “Kakak!” segera mungkin aku memeluk kak Aldi.
‘Jum’at,5
Oktober 2011’ Aku putuskan untuk masuk sekolah, saat akan membuka pintu rumah,
tampak Vilia, Gita dan bu Rita di teras depan rumah. “Ngapain ke rumahku? Sudah
aku bilangin kalau aku tuh nggak mau ngelihat mukamu lagi Vil!” “tapi Sel!
Sekarang kita tuh mau ikut lomba IT Nasional” “Kalian saja sendiri yang ikut, sudah
aku bilangin aku nggak mau ikutan, apa kamu lupa kalau mamaku meninggal
gara-gara aku ikutan lomba IT, kamu lupa?” “Maaf Sel! Aku minta maaf banget!
Tapi aku mohon, kita nggak bakalan bisa ikut tanpa kamu Sel!” “Ya nggak usah
ikutlah! Gitu aja repot!” “Sel! Ibu mohon, ibu minta maaf sekali dengan semua
ini, tapi ibu mohon dengan sangat, kamu bisa mengikuti lomba ini” bu Rita pun
langsung berarah muka ke aku, tak selang beberapa menit kak Aldi pun keluar.
“Ada apa Sel?” “Ini nih, sudah aku bilangin kalau aku tuh nggak mau ikut lomba
IT, masih tetep aja maksa” “Sel! Maaf kakak lupa ngasih tau ke kamu, kalau mama
pernah bilang ke kakak, kalau seumpama kamu jadi ikut lomba, mama titip sesuatu
untuk kamu” kak Aldi pun langsung menatap mataku dan memegang pundakku “Apa
kak?” “kakak nggak bisa ngasih tau, sebelum kamu jadi ikut lomba itu” “Sel!
Kita butuh kamu” serentak Gita langsung mengucapkannya “tapi kak!” mataku
tertuju ke arah kak Aldi. Kak Aldi pun membalas dengan senyuman, dan akhirnya
aku putusin ikut dan menganggukkan kepalaku, seketika Vilia,Gita dan bu Rita
tersenyum, nggak nyari banyak waktu, kita pun langsung berangkat ke tempat
perlombaan, kak Aldi juga ikut.
***
Tepat
pukul 07.00, dan tepat juga kami sampai, bergegaslah kami memasuki ruangan
perlombaan. Waktu di sediakan cuman 3 jam untuk membuat program yang sudah di
tentukan panitia. Waktu pun berjalan dengan cepatnya. Tepat 3 jam berlalu,
akhirnya semua projek harus di kumpulkan, aku berharap bahwa aku bisa
memenangkannya, kami pun menunggu dengan wajah cemas. Setelah 2 jam lamanya
kita menunggu, akhirnya panitia mengumumkannya. Dengan ucapan tersendat-sendat
panitia mengumumkannya.... juara 3 di peroleh dengan skor 2784 point dan
pemenangnya adalah Jeremy,Femi dan Tiara. Tampak wajah Vilia pun cemas seketika. Panitia pun kembali mengumumkan, “juara
2 dengan skor 2881 di raih oleh Gisel, Vilia dan Gita”. Serentak aku pun
menjerit sekencang-kencangnya. Bersyukur banget aku, ya Tuhan terima kasih untuk
hari ini, semoga mama di sana senang dengan apa yang aku peroleh, meski bukan
juara satu tapi aku bisa juara dua, “Selamat ya Sel!” kak Aldi langsung memberi
ucapan selamat padaku, aku seneng banget hari ini. “Kalau kamu nggak ada di
sini, kita nggak bakalan bisa menang kayak gini Sel!” Vilia berbisik sebentar
ke arahku “Maafin aku ya Vil! Memang seharusnya aku nggak bersikap seperti itu,
maafin aku ya!” akupun langsung memeluk Vilia “Maafin aku juga ya!” aku pun
langsung menganggukkan kepalaku dan berkata “ya”.Panitiapun langsung
melanjutkan lagi pengumumannya, dan untuk juara satu dengan perolehan skor 2003
point adalah...Nada panitiapun agak menegangkan, tapi sekarang nggak ada lagi
ketegangan di diriku karena sekarang aku bersyukur banget sudah dapet juara 2.
“Juara satu adalah Lily, Cakra dan Aldo, dan bagi peserta yang mendapatkan
juara, panitia juga akan memberikan hadiah spesial berupa penempatan pekerjaan
di salah satu perusahaan elit di jakarta” panitiapun seketika lantang
mengucapkannya.“Tuhkan kata siapa cewek nggak bisa masuk di perusahaan!
Buktinya kamu sekarang bisa kan!” kak Aldipun langsung menyahut seketika.
“Kakak?”. Nggak tau kenapa rasanya aku bersalah banget sama papa,kak Aldi
terutama sama mama juga ‘ma, kalaupun mama ada di sini, aku bakalan minta maaf
sama mama, ternyata apa yang mama omongin itu memang kenyataan, ma aku minta
maaf ma!’ seketika air mataku tak bisa di tahan lagi, kalaupun ada satu
permintaan yang bisa di kabulkan, aku cuman
pengen mama ada di sampingku, tapi aku sadar nggak mungkin mama hadir
lagi di sampingku, aku yakin mama juga bahagia disana.
Sepulang
dari perlombaan, aku langsung pulang ke rumah, tampak ayah berdiri dan membawa
bunga mawar ke arahku, “Selamat ya sayang! Mama di sana pasti senang kamu dapat
juara” “Makasih ya pa!” “Sel! Ini kado dari mama” kak Aldi pun menyodorkan
tangannya dan memberikan kotak kecil ke arahku, seketika aku pun langsung
membukanya,dan ternyata kalung emas bertuliskan Gisel yang aku dapat, “Makasih
ma! Aku seneng banget, kalungnya bagus banget, aku suka ma!” aku berangan-angan
mama bisa dengar kata yang aku ucapin barusan, “Sel, nanti makan malam di kafe
mufky ya!” bisik papa ke arahku “Beneran pa?” papa pun langsung menganggukkan
kepalanya “Ya sudah kamu istirahat, biar nanti kamu bisa pergi” “Baik pa!” aku
langsung bergegas menuju kamar.
***
Tepat
pukul 19.00 kami berangkat ke kafe mufky bersama-sama. “Pa, tapi rasanya ada
yang ganjil deh! Sayang ya pa, nggak ada mama sekarang!” “Jangan gitu dong
sayang, mama masih di hati kita” aku pun tersenyum seketika. Saat itu juga aku
ngerasa kalau mama itu masih ada, masih di hatiku, kak Aldi dan papa pun sekarang
lebih sayang aku, ada Vilia juga yang masih jadi teman baikku, oh tuhan aku
bersyukur sekali karena masih ada orang terdekatku yang masih menyayangiku.
Kata hatikupun berangan seketika, dan semenjak saat itulah aku ngerasa bahwa
aku masih beruntung punya kak Aldi,papa dan Vilia yang sayang sama aku. Dan semuanya
itu berkat mama, Mama membuat aku serasa memahami arti kehidupan ‘terima kasih
ma! Mama inspirasi hidupku’.
Hidup itu memang akan berputar dan tak akan
selamaya kita diam di suasana yang sama, Tuhan pasti menghendaki semuanya, dan
yakinlah Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang tidak bisa kita lewati, maka
dari itu bersyukur itu membuat hati terasa tenang. Dan menurutku hidup itu seperti air yang mengalir, kadang air itu terasa tenang, kadang juga air itu
terasa deras dan menghanyutkan. Sama halnya dengan kita, kadang hidup itu
terasa bahagia, kadang juga hidup itu terasa kejam, tapi pada dasarnya semua
itu akan indah kalau kita bisa menerimanya J.
***